Rabu, 12 Maret 2014

BAHAYA KEBAKARAN HUTAN DAN LAHAN

Pada saat terjadi kebakaran hutan dan lahan dalam cakupan wilayah yang luas dan jangka waktu yang lama akan menimbulkan polusi udara. Hasil pembakaran hutan dan lahan menghasilkan gas-gas pencemar salah satunya adalah gas Karbon Monoksida (CO). Gas Karbon Monoksida tidak berbau dan tidak berwarna menyebabkan senyawa ini mudah terhirup oleh manusia. Apabila gas tersebut dihirup oleh manusia dalam jumlah besar dapat mengganggu kesehatan manusia. Sifat khas dari gas CO adalah kemampuannya untuk berikatan dengan hemoglobin 210 kali lebih besar dibandingkan dengan Oksigen. Maka kadar oksigen pada tubuh seseorang yang telah menghirup banyak gas CO akan berkurang. Kemudian berbagai masalah kesehatan karena gas CO dalam jumlah banyak dapat tidak sadarkan diri, lemas, mual, pusing dan juga sesak napas. Lebih dari itu dapat mengakibatkan kematian.

Sebagian gas dan partikel hasil kebakaran maupun pembakaran hutan akan lebih berbahaya lagi bila mengenai bayi, balita dan orang tua atau orang dengan kondisi tubuh yang menurun. Hal ini dihubungkan dengan kondisi badan dan lamanya paparan gas tersebut.

Tren pembakaran hutan dan lahan di masyarakat masih sangat sulit untuk dihilangkan. Walaupun mereka sudah tau akan dampak bahaya dari pembakaran hutan, mereka tetap saja melakukan, karena cara ini dianggap paling murah dan praktis. Oleh karena itu, sikap kita apabila terjadi kabut asap yaitu dengan mengurangi aktivitas tidak penting di luar ruangan, jika terpaksa harus beraktivitas di luar ruangan, gunakanlah masker. Akan lebih baik menggunakan masker yang terbuat dari kain lembut dan menutupi mulut dan hidung. Dan juga dengan mengonsumsi air mineral yang cukup demi menjaga sistem metabolisme tubuh.

VISIBILITY PADA SAAT KABUT ASAP

Visibility dalam ilmu meteorologi adalah tingkat kejernihan (transparasi) pada atmosfer, sehubungan dengan penglihatan mendatar manusia yang dinyatakan dalam satuan jarak (meter). Dalam pengamatan meteorologi, visibility yang diamati dan dicatat merupakan visibility dengan jarak terpendek.

Kabut Asap di Pelabuhan Pontianak
Kejadian kebakaran hutan dan lahan yang terjadi menghasilkan banyak asap dan partikel-partikel debu, visibility (jarak pandang mendatar) akan terus menerus menurun bila dibandingkan dengan sebelum terjadi kebakaran. Biasanya visibility rendah ini tergantung pada ketebalan asap dan terjadi antara malam hingga pagi hari. Hal ini terjadi karena pada saat menjelang malam hari, udara di permukaan bumi masih panas sedangkan atmosfer mulai mendingin memungkinkan terbentuknya kabut, sehingga asap dan partikel-partikel debu bercampur dengan kabut dan terjebak di permukaan bumi menjadi kabut asap, menyebabkan jarak pandang berkurang. Berbeda kondisi pada saat siang hari dimana permukaan bumi dan atmosfer memanas, menyebabkan kabut asap di permukaan bumi naik ke atmosfer. Oleh karena itu visibility pada saat kabut asap cendrung lebih pekat terjadi pada saat malam hingga pagi hari dibandingkan pada siang hari.