Minggu, 03 November 2013

KABUT (FOG)

Salah satu fenomena menarik yang terjadi di atmosfer, adalah kabut (fog). Faktor penarik perhatian tersebut, antara lain, adalah kabut mereduksi daya tembus pandang indera penglihatan sehingga sangat membahayakan bagi operasi transportasi, baik moda transportasi darat, moda transportasi laut apalagi moda transportasi udara.

Kabut (fog) 
Secara fisik, kabut adalah awan yang dasar awannya pada atau dekat permukaan bumi. Kabut dapat didefinisikan sebagai titik-titik air yang merupakan hasil kondensasi atau sublimasi dan uap air yang terapung-apung di atmosfer dekat permukaan tanah. Untuk menghasilkan kondensasi atau sublimasi diperlukan tingkat kejenuhan udara yang sangat tinggi dimana kelembaban relatif mendekati atau sama dengan 100%.

Kabut yang tebal (visibilitas kurang dari seperempat mil) dipertimbangkan sebagai bahaya atmosferik karena akan mengganggu perjalanan yang menggunakan moda transportasi yang tidak hanya menyulitkan tetapi juga berbahaya. Walaupun pada hakekatnya sama seperti awan, kabut pada umumnya terbentuk dalam kondisi yang berbeda.

Jenis-jenis kabut yang dibedakan menurut proses terjadinya, antara lain :
  • Kabut Radiasi (Radiation Fog)
  • Kabut Adveksi (Advection Fog)
  • Kabut Lereng (Upslope Fog)
  • Kabut Uap (Steam Fog)

Jenis-jenis Kabut :

1. Kabut Radiasi (Radiation Fog)
Kabut radiasi, seperti namanya, dihasilkan dari pendinginan dari permukaan tanah dan udara didekatnya karena radiasi. Ini merupakan fenomena pada malam hari yang mensyaratkan langit cerah. (Awan mengurangi pendinginan malam hari karena menyerap dan meradiasikan panas kembali ke permukaan). Terjadi bila udara lembab bersinggungan dengan permukaan tanah yang lebih dingin akibat radiasi bumi pada malam hari, sehingga timbul inversi suhu di lapisan dekat permukaan tanah. Ketinggian lapiasan inversi tergantung dari besarnya turbulensi. Pada keadaan angin tenang (calm) percampuran turbulensi praktis sama dengan nol, dan pendinginan yang sangat kuat di bawah lapisan inversi yang sangat rendah atau hanya beberapa cm di atas permukaan tanah, mungkin hanya menghasilkan embun (dew) atau bukan embun beku (forst).

Kabut radiasi di daerah perkotaan
 Kondisi udara pada malam hari yang sangat menguntungkan untuk terbentuknya kabut :
  • anginnya lemah (calm)
  • langit cerah atau sedikit berawan
  • RH relatif tinggi (80-100%)
  • kondisi tanah serta lingkungan basah

2. Kabut Adveksi (Advection Fog)
Bila udara basah yang relatif hangat berpindah melintasi permukaan dingin, dia menjadi dingin dari bawah ke atas. Jika pendinginan cukup, hasilnya akan menjadi kabut yang meliputi wilayah yang luas yang dinamakan kabut adveksi. Tahukah anda? Istilah adveksi menyatakan gerakan horizontal dari fluida. Dengan demikian, angin adalah bentuk aliran advektif.

Kabut adveksi (advection fog)
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya kabut adveksi :
  • udara yang bergerak panas dan lembab
  • terdapat perbedaan suhu yang mencolok antara udara yang bergerak dengan permukaan sehingga terbentuk lapisan inversi di permukaan.
  • kecepatan angin sedang (8-12 knot) agar perbedaan suhu dapat dipertahankan dan pencampuran turbulensi tidak cukup kuat mengangkat kabut.
Tahukah anda? Lokasi yang paling banyak mengalami kabut di Amerika Serikat, dan barangkali di dunia adalah Cape Dissappointment, Washington. Nama tersebut cocok karena rata-rata satasioner lamanya kabut sepanjang tahun mencapai 2552 jam (106 dua puluh empat jam hari).

Kabut adveksi di sepanjang pesisir Pasifik

Contoh klasik mengenai kabut adveksi terjadi pada musim summer dan fall di sepanjang West Coast ketika udara basah yang hangat dari Pasifik didinginkan ketika melintas di atas arus California yang dingin.

3. Kabut Lereng (Upslope Fog)
Terjadi jika udara lembab naik secara lambat sepanjang permukaan lereng pegunungan yang miring, sehingga akan mengalami pendinginan secara adiabatik. Pada ketinggian tertentu udara yang dingin tersebut akan mengkondensasi sehingga terbentuk kabut. Jika naiknya udara lembab tersebut terlalu cepat akan terjadi turbulensi konvektif, yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada lapisan yang lebih tinggi, sehingga akan terbentuk awan stratus.

Kabut lereng (upslope fog)

4. Kabut Uap (Steam Fog)
Ketika udara dingin bergerak melinatsi badan air yang relatif hangat, kelembaban karena penguapan dari permukaan air bisa cukup untuk menjenuhkan udara di atasnya. Karena kondensasi di antara udara yang naik, seperti "uap" yang terbentuk di atas secangkir kopi panas, maka fenomena ini dinamakan kabut uap.

Kabut uap (steam fog)
Tahukah anda? Pada hari-hari dingin anda dapat "melihat nafas anda" , anda pada hakekatnya menciptakan kabut uap. Udara basah dari mulut anda menjenuhkan volume udara dingin, menyebabkan butir-butir air yang halus terbentuk. Seperti kabut uap, butir-butir air yang halus menguap dengan cepat sebagai kabut bercampur dengan udara tidak jenuh di sekitarnya.


Proses Menghilangnya Kabut
Proses kondensasi akan menghilang melalui proses pemanasan, termasuk menghilangnya kabut. Semua jenis kabut memiliki kecendrungan untuk menghilang melalui proses pemanasan, yaitu :
1. Pemanasan Harian
matahari yang memancarkan panasnya ke permukaan bumi, panas radiasinya akan mengalami hambatan karena diserap oleh partikel-partikel kabut, yang akan mengakibatkan menguapnya partikel-partikel kabut tersebut yang akan membuat kabut menjadi menghilang. Pada kabut asap yang sangat tebal, radiasi matahari akan dipantulkan kembali sehingga menghalangi pemanasan sampai ke permukaan tanah, karenanya kabut akan bertahan cukup lama.

2. Transfer Panas Turbulensi
Dalam pembentukan kabut diperlukan turbulensi, namun jika terlalu kuat melebihi harga imbang intensitas yang diperlukan untuk pembentukan kabut, akan menyebabkan hilangnya kabut. Hal ini terjadi karena turbulensi yang kuat akan menimbulkan percampuran udara vertikal yang lebih tinggi. Akibatnya udara di lapisan bawah inversi akan menjadi panas dan kering, sehingga akan menguapkan partikel kabut.


Sumber :
Soepangkat. 1994. Pengantar Meteorologi. Balai Pendidikan dan Latihan Meteorologi dan Geofisika. Jakarta.
Ahrens, C. Donald. Meteorology Today. Ninth Edition.
Bahan Ajar Diklat Akademi Meteorologi dan Geofisika. Meteorologi Umum. Herry Haryanto.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar